Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Terjadinya Tata Surya



Beberapa teori tentang terjadinya tata surya sebagai berikut. Bahwa tata surya terbentuk dari material purba yang berputar dengan arah seperti diatas arah negatif. Sekaligus pada kenyataannya, terdapat penyimpangan arah rotasi dari arah yang umum

1.      TEORI NEBULA (Kant dan Laplace)
Immanuel Kant (1749-1827) seorang ahli filsafat Jerman membuat suatu hipotensis tentang terjadinya tata surya. Dikatakan bahwa dijagad raya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama-kelamaan berunah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari dan bagian kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelit.
Pada waktu yang hampir bersamaan tanpa komunikasi, seorang ahli fisika Perancis bernama Pierre Simon De Laplace, mengemukakan teori yang hampir sama dikatakan ; bahwa tata surya berasal dari kabut yang membentuk bentukan bulat seperti bola yang besar, makin mengacil bola itu, makin cepatlah pilihannya. Akibatnya, bentuk bola itu memepat pada tubuhnya dan melebar dibagian ekuatornya, bahkan kemudian sebagian massa gas diekuatornya menjauh dari gumpalan intinya, membentuk gelang-gelang, lama-kelamaan gelang itu berubah menjadi gumpalan planet, itulah planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian inti kabut itu tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat, sedangkan matahari yang kita lihat saat ini

2.        TEORI PLANETESIMAL (Moolton dan Chamberlin)
Thomas C. Chamberlin (1848-1928) seorang ahli geologi dan Forest R. Moolton (1872-1952) seorang ahli astronomi, keduanya ilmuwan Amerika dikenal dengan Teori Planetesimal (berarti planet kecil) karena planet terbentuk dari benda padat yang memang telah ada.
Menurut teori ini matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada waktu bintang itu menjauh, menurut Moolton dan Chamberlin, sebagai massa matahari jatuh kembali kepermukaan matahari dan sebagian lagi yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet yang beredar pada orbitnya.

3.        TEORI TIDAL/PASANG SURUT (Jeans dan Jeffreys)
Teori planetesimal itu hampir sama dengan teori pasang surut yang dikemikakan oleh Sir James (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya ilmuwan Inggris.
Jeans dan Jeffreys melukiskan bahwa setelah bintangitu berlalu, massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang, kemudian membeku menjadi planet-planet. Teori ini menjelaskan, apa sebab planet-planet dibagian tengah, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa, sedangkan dibagian ujungnya Merkurius dan Venus didekat matahari dan pluto diujung lain merupakan planet yang lebih kecil.

4.      TEORI BINTANG KEMBAR
Teori ini dikemukakan oleh Hoyle. Hoyle mengemukakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang kembar yang berdekatan. Satu bintang meledak, sehingga pecahannya berputar mengelilingi bintang yang tidak meledak. Gravitasi bintang besar yang tidak meledak menimbulkan perputaran. Bintang yang tidak meledak menjadi matahari, sedangkan pecahan bintang yang meledak menjadi planet-planet dan satelit

5.        TEORI AWAN DEBU (Van Weiz Saecker)
Pada tahun 1940 seorang astronomi Jerman bernama Carl Van Weiz Saecker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan tori awan debu (The dust cloud theory). teori ini kemudian dikembangkan lagi oleh ahli astronomi lain yaitu Geerard P. Kuiper (1950), Subrah Manyan chandra Sekhar, dll.
Pada dasarnya teori ini mengemukakan, bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu pada proses pemepatan partikel. Debu tertarik kebagian pussat awan itu, membentuk gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan lebih tipis dibagian tepinya. Partikel-partikel dibagian tengah saluran itu kemudian saling menekan, sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian inilah yang kemudian menjadi matahari.



Posting Komentar untuk "Teori Terjadinya Tata Surya"